Maafkan Saya, Lumba-Lumba!


Ditulis oleh Rosi Anggraini


Selama beberapa bulan bertugas di Kepulauan Karibia dan mengunjungi beberapa negara seperti Barbados, St Vincent and Grenadine (SVG), dan Grenada, saya telah mencoba beberapa jenis makanan khas Karibia.


Bukan Fan Berat Ikan

Sayangnya karena terbatasnya makanan yang halal, hanya sedikit yang bisa saya coba. Itu pun terbatas pada ikan-ikanan. Mau tak mau, lagi-lagi ikan yang saya makan. Beberapa jenis ikan yang pernah saya coba adalah ikan terbang (flying fish), merlin, salmon, dan tuna.

Pengolahan ikan-ikan itu kebanyakan dimasak dengan cara dipanggang. Saya tak banyak menemukan jenis seafood yang lain—seperti udang, cumi, kepiting, dan lain-lain—di restoran-restoran daerah wisata di Barbados. 

Ikan terbang goreng atau bakar biasanya dihidangkan dengan cou cou; semacam bubur yang sangat kental terbuat dari tepung jagung dan okra. Okra atau lady fingers dalam bahasa Inggris semacam gambas atau oyong, tetapi berukuran sebesar jari tangan perempuan. Disebut lady fingers mungkin karena bentuknya yang langsing, he-he-he. 

Sayangnya saya bukan penggemar ikan-ikanan. Jadi, agak tragis juga tinggal di kepulauan yang dikelilingi lautan tanpa bisa menikmati kuliner setempat.


Jus Kedondong Minuman Khas Karibia

Saat berkunjung ke SVG, ada jenis makanan ikan yang relatif cocok dengan lidah saya. Hidangan itu terbuat dari ikan jackfish yang disuwir dan dimasak dengan kuah agak asam. Uniknya, ikan suwir ini dimakan dengan sukun (breadfruit) kukus, pisang mengkal kukus, dan dimsum (semacam cilok yang tidak ada isinya). 

Tiga jenis makanan yang dikukus itu kemudian dipotong-potong dan disiram dengan ikan suwir kuah. Ditambah sambal, ternyata rasanya lumayan enak dan saya bisa menyukainya. Baru ini saya pengin nambah makan menu ikan di Karibia. Makanan ikan-ikan ini sangat nikmat, ditutup dengan minuman khas di Karibia: jus kedondong—atau di sini dikenal dengan nama golden apel.

Di Indonesia sudah agak sulit menemukan buah kendodong. Selama di sini, saya puas banget minum jus kedondong yang segar dan tidak terlalu asam di tengah terik musim panas. Saking senangnya dengan jus kedondong, minuman itu menjadi menu wajib setiap makan siang di kantor. Wah, jangan-jangan ini gejala mengidam di Karibia, he-he-he.


Rasa Bersalah

Hari Minggu lalu, setelah makan siang buffet di hotel, saya mendadak jadi mellow. Pilihan menu yang disajikan di sana rupanya tidak bersertifikat halal. Itu membuat saya memilih makan nasi, plus salad, dan harus menunjuk menu ikan panggang.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan menu ikan yang saya makan, tidak ada yang aneh dengan rasanya. Namun, mendadak saya jadi sedih karena setelah melihat menu ikan hari itu adalah baked dolphin. Seketika saya merasa bersalah setelah makan ikan lumba-lumba panggang. Saat itu juga, saya membayangkan ikan lucu berkulit mengilat yang berloncatan di tengah laut. Maafkan saya, lumba-lumba!

Besoknya saat masuk kerja, saya curhat ke teman sekantor, orang Barbados. Spontan dia merespon sambil tertawa.

"Oh my God, Rossy. Off course we don’t eat cute flipper dolphin! We eat mahi-mahi, which is a different type of dophin. So, don’t feel guilty when you eat Baked Dolphin." 

Ternyata, mahi-mahi memang beda dengan dolphin yang dikenal secara luas sebagai hewan mamalia di laut lepas dengan nama lumba-lumba. Secara ilmiah, mahi-mahi dikenal sebagai Coryphaena hippurus—yang umumnya disebut sebagai ikan lumba-lumba. Mahi-mahi sebenarnya adalah spesies ikan bersirip pari yang termasuk dalam famili Coryphaenidae. Memiliki ciri khas warna-warna cerah seperti biru, hijau, dan kuning, ikan ini memiliki ciri khas unik dengan bentuk dahi yang menonjol. Begitulah penjelasan yang saya dapat.

Oalah, tiada gunanya seharian saya sedih dan mellow gara-gara makan ikan lumba-lumba.


Barbados, 23 November 2024

Editor: Titie Surya


No comments