Biarkan Foto yang Bicara

Ditulis oleh Yoni Astuti


Kata siapa anggota Perlima cuma sibuk belajar menulis? Belajar mengambil gambar dengan cantik juga perlu dipelajari. Tanpa ragu, para penulis perempuan Perlima pun belajar saat ada kesempatan.


Ketika memasuki ruangan lantai R atau 19 Midtown Residence, Ngagel, Surabaya, terdengar suara seorang perempuan yang menjelaskan profil narasumber yang terpampang di layar. Rupanya, aku datang tepat pada waktunya. Pelatihan foto produk yang kuikuti, baru saja dimulai. 



Bagian dari Pelatihan Smartfren Community

Smartfren Community menyelenggarakan pelatihan bertajuk UMKM Naik Kelas dengan tema Belajar Bisnis Bareng Smartfren, yang dilaksanakan di 50 kota di Indonesia. Program itu digulirkan sejak enam bulan  lalu.  Selama 3 bulan, dengan waktu yang berbeda, setidaknya ada sekitar 70 peserta pelaku UMKM yang selalu hadir. Seperti hari itu, Selasa, 19 November 2024, ruangan penuh dengan pelaku UMKM dari Surabaya dan Sidoarjo sibuk menyimak materi mengenai foto produk, tema November 2024.

Smartfren  Community Surabaya melaksanakannya sejak Oktober 2024 hingga Desember 2024. Setiap bulan,  temanya tidak pernah sama. Bulan Oktober dimulai dengan pelatihan Canva, dilanjutkan dengan pelatihan foto produk pada bulan November, dan pelatihan copywriting untuk menutup 2024.

Kegiatan UMKM naik kelas ini bagian dari membangun UMKM, dengan cara mempraktikkan langsung setiap materi yang diberikan pada pelatihan. Usai kelas pelatihan, tim Smartfren tetap mendampingi peserta agar kemampuannya bertambah. Di akhir rangkaian tiga bulan pelatihan, Smartfren akan memberikan bantuan modal untuk pengembangan usaha pada 5 peserta terpilih, masing-masing sebesar 2 juta.

Pemilihan peserta nantinya akan melalui kompetisi, dengan kriteria penilaian: hadir di setiap pelatihan, mampu mengaplikasikan setiap materi ke dalam bisnisnya, merasakan dampak langsung dari pendampingan yang dilakukan oleh Smartfren Community untuk pengembangan bisnisnya, dan tentu saja harus menggunakan kartu Smartfren secara aktif selama masa pendampingan.

Selain itu, ada ketentuan seru lainnya. Membuat video testimoni dengan durasi 2 menit, tentang apa saja yang telah dilakukan dalam pengembangan bisnis sesuai hasil pelatihan yang diikuti, bagaimana perkembangan bisnis yang dijalaninya, manfaat atau dampak langsung yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan usaha dari Smartfren.



Membuat Foto yang Berbicara

Di kegiatan November, Smartfren Community berkolaborasi dengan berbagai pihak. Papermind Creative Studio hadir sebagai pemateri, J&T sebagai ekspedisi, dan petugas pendamping sertifikat halal untuk produk yang dipunyai peserta. 

“Kolaborasi ini sangat bermanfaat agar peserta tahu bagaimana membuat foto yang menarik untuk promosi di media sosial, mengirimkan barang dengan aman dan murah, dan memahami bagaimana mendapatkan sertifikat halal,” kata Hamida Soetadji, Leader Smartfren Community Kota Surabaya.

Fifin Maidarina, pemateri dari Papermind Creative Studio memaparkan bagaimana caranya membuat foto produk yang akan dipromosikan. Tujuannya, siapa pun yang melihat foto itu akan menjadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan berakhir dengan membeli produk yang ditawarkan. 

Kelas diawali dengan penjelasan beberapa teori membuat foto yang hidup dan bisa bercerita. Latar belakang dan latar depan, point of interest, komposisi, sudut pengambilan, ukuran foto, properti pendukung, editing, dan masih banyak lainnya.

Bila hanya mendengarkan teori, peserta  kurang mendapatkan manfaat dari pelatihan ini. Itu sebabnya tim Papermind─Fifin Maidarina, Windy Effendy, dan Achakawa─menyediakan dua meja panjang untuk membuat foto produk makanan. Di atasnya diletakkan perangkat sebagai alas dan latar belakang. Sedangkan untuk produk fashion—termasuk baju dan aksesori, satu sudut ruangan diberi tirai hijau dan alas lantai untuk tempat pengambilan gambar.

Di sudut produk makanan, peserta segera membuat foto produk jualannya lengkap dengan pernak-pernik yang diperlukan. Bagi yang tidak membawa, tim Papermind telah menyediakan beberapa kue dan peranti pendukung. Peserta praktik membuat foto secara bergantian. Tim Papermind mendampingi dan mengarahkan bagaimana menata produk yang akan difoto dan cara pengambilan fotonya. Beberapa sudut pengambilan dilakukan dan menghasilkan foto yang berbeda. Peserta diajak berdiskusi, foto mana yang terlihat lebih berbicara. 

Di sudut produk fashion, peserta diajak menjadi foto model dan fotografer. Tim Papermind memberikan pengarahan gaya kepada model dan pengarahan sudut pengambilan foto bagi yang menjadi fotografer. Diskusi gayeng pun ada di sudut ini.



Keseruan membuat foto berakhir di sesi pertama. Setelah isama, kelas diteruskan dengan berdiskusi tentang hasil foto yang telah dibuat. Peserta diminta menilai setiap foto, di mana kelebihan dan kekurangannya. Dengan menilai foto orang lain, pengetahuan akan bertambah dengan sendirinya. 

“Teman-teman, bulan Oktober yang lalu, kan, sudah belajar Canva. Nah, foto yang sudah dibuat ini masukkan ke Canva dan tambahkan narasi yang menarik, ya!” ujar Fifin Maidarina.


Penulis pun Ikut Belajar

Titie Surya, akupunkturis yang juga penulis dan anggota Perempuan Penulis Padma, turut serta dalam pelatihan tersebut. Titie mengatakan bahwa belajar fotografi itu asyik. Selain mendapatkan teori, juga mengasah sense of art dalam menata komposisi objek foto. Tidak hanya itu. pemilihan warna dan printilan kecil-kecil sebagai properti pendukung pun menentukan hasil foto.


“Sebagai akupunkturis, saya harus bisa membuat foto yang berbicara dan menarik. Misalnya akupunktur wajah. Saya akan mengambil foto dari atas kepala pasien atau samping. Memperlihatkan kedua lengan atau hanya dua telapak tangan akupunturis dan wajah pasien. Satu lengan atau telapak tangan memegang kepala samping, dan satu lengan atau telapak tangan memegang jarum seolah sedang menusuk. Jarum yang ditusukkan juga tidak banyak, supaya tidak terkesan menyeramkan,” tambahnya.

Selain itu, ada pula anggota Perlima lainnya, seperti Yenni Sampurno dan Didi Cahya, yang mengaku mendapatkan manfaat dengan mengikuti pelatihan foto produk untuk UMKM ini. Tidak berhenti di situ, foto pastry milik Yenni berhasil mendapatkan hadiah karena menjadi salah satu foto terbaik dalam acara tersebut.

Yenni mengaku tidak menyangka fotonya menjadi salah satu yang terbaik. Pastry yang baru saja dibuatnya pagi sebelum berangkat, tanpa diduga tampil paripurna dengan pengambilan sudut gambar yang sempurna.


Foto Produk adalah Senjata

Di dunia digital, tampilan visual memang menjadi senjata utama bagi setiap pengusaha. Cara menampilkan informasi untuk menarik perhatian pembeli menjadi sangat penting. Foto produk yang cantik, walau dengan produk sederhana, akan menjadi modal dalam setiap penjualan. 



Sebagai seorang writerpreneur, aku pun jadi turut merasakan pentingnya pelatihan ini. Buku yang baru saja terbit haruslah tampil dengan foto dan visual yang menarik agar bisa dipinang oleh pembaca. Berkat pelatihan ini, aku mendapatkan pencerahan dan ilmu yang berlipat-lipat untuk mempromosikan buku-bukuku. Aku pun jadi semakin semangat menulis! ~


Editor: Windy Effendy




No comments