Kembali ke Bangku Kuliah di Usia 50 Tahun, Siapa Takut?



Ditulis oleh Febriyanti DS

Tahu rasanya kembali kuliah di usia 50 tahun? Saya juga tidak tahu sampai akhirnya memberanikan diri melakukannya sendiri. Di usia ini, ketika banyak teman sebaya menikmati waktu bersantai dan berbagi cerita tentang anak-anak mereka yang sudah kuliah atau menikah, saya memutuskan untuk kembali belajar.

Jalan ini bermula dari rasa hampa. Setelah hampir dua dekade berkarir di divisi apparel sebuah perusahaan perlengkapan olahraga multinasional, masa kerja saya berakhir dengan baik. Pekerjaan saat itu memberi saya kehidupan stabil dan waktu rutin untuk memberikan perhatian kepada orang tua dan mertua. 

Lalu, saya pun mencoba peruntungan di bisnis klinik kecantikan bersama teman selama 2-3 tahun. Kini, bisnis itu masih berjalan baik di bawah pengelolaannya. Setelah tidak berkegiatan, saya merasa ada yang kurang. Jiwa ini kosong, seperti gelas yang sudah diminum setengah.

Latar belakang pendidikan saya adalah Kimia Tekstil, lulus 25 tahun lalu. Sekarang saya duduk di ruang kuliah program Magister Psikologi Pendidikan, mendengarkan diskusi tentang teori-teori pembelajaran dan perkembangan kognitif. Sebuah pilihan yang mungkin tidak biasa, tetapi memberi semangat baru dalam hidup saya.

Mengingat hari-hari pertama kuliah membuat saya tersenyum. Di kelas, sebagian besar teman seangkatan berusia 20-an atau 30-an. Pengalaman berbeda yang membuat saya belajar banyak dari mereka. Soal tugas yang menumpuk dan deadline yang mengejar menjadi tantangan tersendiri. Sewaktu muda, bergadang mengerjakan tugas masih terasa enteng. Sekarang, mata ini butuh istirahat lebih awal.

Sambil kuliah, saya juga mencoba merintis bisnis kecil di bidang kesehatan mental. Beberapa teman mengungkapkan kekhawatiran mereka. Mungkin ada benarnya, tapi setiap langkah baru memang butuh keberanian. Kadang saya tersenyum sendiri menghadapi dua tantangan sekaligus: belajar memahami teori-teori psikologi sambil memikirkan strategi bisnis dan cash flow. Seperti naik roller coaster sambil mengerjakan teka-teki silang. Menegangkan sekaligus mengasah otak.

Di kelas, saya belajar tentang teori-teori psikologi yang ternyata dekat dengan pengalaman hidup. Teori-teori yang menjelaskan bagaimana di usia matang, seseorang sering mencari makna yang lebih dalam. Ternyata yang saya alami ini lumrah, bahkan ada penjelasan ilmiahnya.

Ada kalanya semangat terasa surut. Saat bisnis sedang lesu, tugas menumpuk, dan energi terkuras habis. Namun, dari situ saya menemukan sisi lain dalam diri yaitu kekuatan yang selama ini tidak saya sadari. Saat itu, saya baru memahami. Kadang kita baru tahu seberapa tangguh diri saat tidak ada pilihan selain bertahan.

Seiring waktu, saya mulai nyaman dengan ritme baru ini. Di tengah komunitas akademik yang beragam, saya menemukan pembelajaran baru. Bukan sekadar status sebagai mahasiswa, tetapi sebagai seseorang yang masih ingin belajar dan bermimpi. Saya belajar menerima diri apa adanya dengan segala keterbatasan dan potensi yang masih bisa dikembangkan.

Dulu, saya selalu mengukur diri dari pencapaian karir atau bisnis. Sekarang ukurannya bergeser ke hal-hal sederhana: keberanian mencoba hal baru, semangat belajar, dan keikhlasan menerima proses. Ketika ada yang bertanya tentang usia dan kuliah, saya hanya tersenyum dan tetap melangkah.

Hal yang paling saya syukuri dari perjalanan ini adalah penemuan bahwa hidup masih bisa terasa segar di usia 50. Bahwa kita masih bisa menemukan sisi-sisi baru dari diri sendiri, masih bisa tumbuh, masih bisa bermimpi. Yang terpenting, saya masih bisa memberanikan diri untuk melangkah maju.


Editor: Ihdina Sabili


2 comments

  1. Terima kasih untuk tulisannya. Sangat erat terkait dengan pengalaman saya sendiri, mulai kuliah lagi setelah sempat jeda beberapa waktu. Dalam usia saya yang 63, begitu berbedanya penampilan saya dengan mahasiswa lain. Beberapa kali ketika saya menanyakan ruang kelas X di mana? dijawab dengan balik bertanya, Ibu mengajar di kelas apa? Mahasiswa dikira dosen. Seru dan menyenangkan.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih.

    Wah pengalamannya sama dengan saya.
    Kalau saya ketika mau masuk lift & ke toilet saya dipersilahkan duluan.
    Karena saya dikira dosennya 😅🙏.

    Sungguh menginspirasi melihat semangat untuk terus belajar di usia 63 tahun. Kisah Ibu ini mengingatkan kita semua bahwa usia bukan halangan untuk menuntut ilmu.

    Sehat selalu dan sukses kuliahnya ya Bu 🙏

    ReplyDelete