Mi Ongklok Wonosobo

 


Ditulis oleh WS Arianti

Wisata kuliner mewarnai tugasku di Kabupaten Wonosobo. Di kawasan yang terletak di dataran tinggi Dieng, area vulkanik aktif Jawa Tengah, itulah aku berkenalan dengan Mi Ongklok. 


Semangkuk mi kuah panas dengan rasa yang unik itu cocok untuk melengkapi hari-hariku di wilayah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing tersebut.

Mi Ongklok merupakan salah satu kuliner terkenal dari Wonosobo. Minya istimewa karena diracik dengan potongan kol dan daun kucai. Sedangkan, kuahnya unik karena kental dan berwarna kecoklatan. Warna kuning mi dan kombinasi putih hijau dari sayuran pelengkapnya berpadu cantik dengan warna coklat dari kuah yang disiramkan di atasnya. 



Masyarakat setempat biasanya menikmati Mi Ongklok dengan geblek. Itu adalah makanan tradisional yang terbuat dari singkong. Sebagai pelengkap, penjual biasanya menyajikan tempe kemul (tempe goreng tepung), sate ayam, dan sambal cabai hijau di atas meja. Dan, tentu saja teh manis panas.

Sebagai kuliner khas, Mi Ongklok cukup mudah dijumpai di Wonosobo. Hampir di setiap sudut daerah berhawa dingin itu, kedai-kedai Mi Ongklok hadir.

Aku beruntung karena berkesempatan mencicipi salah satu kedai tertua di sana. Tempat yang kami hampiri itu sudah berjualan Mi Ongklok sejak 1975 dan kini dikelola oleh generasi keduanya. Dibandingkan warung lainnya, kedai itu memang relatif lebih ramai. Menurut para pelanggannya, cita rasa mi di kedai tersebut tidak berubah, tetap sama seperti saat dikelola generasi pertamanya. Konsistensi itulah yang membuat kedai tersebut legendaris di Wonosobo. 

Setelah merasakan sendiri semangkuk Mi Ongklok di kedai legendaris tersebut aku hanya bisa mengacungkan jempol. Rasanya memang juara meskipun cenderung manis. Bagi penyuka makanan pedas, sebaiknya minta tambahan potongan cabai rawit hijau di atas sajian mi. Dijamin rasanya semakin nikmat, apalagi disantap di daerah dingin yang terletak pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut.

Nama Mi Ongklok, konon diambil dari nama alat bantu yang digunakan saat merebus mi. Yakni, semacam keranjang kecil dari anyaman bambu. Mi yang direbus, diangkat dari panci dengan ongklok lalu ditiriskan. Setelah disusun di mangkuk saji, mi yang sudah ditambah irisan kol dan kucai lantas disiram kuah kental. 



Ada tambahan kecap manis dan gula merah dalam kaldu ayam yang menjadi bahan utama kuah. Dua bahan itulah yang membuat rasa manis cukup kentara pada kuah yang dikentalkan dengan larutan tepung sagu tersebut. Di Wonosobo yang suhu udaranya berkisar 12-20 derajat Celcius pada siang hari dan mencapai 6-10 derajat Celcius pada malam hari, tidak ada yang lebih pas untuk menghalau hawa dingin ketimbang semangkuk Mi Ongklok.

Jadi, kapan kita jajan Mi Ongklok bareng ke Wonosobo? (*)

 
Editor: Hep

No comments