Ditulis oleh Ari Pandan Wangi
Secangkir kopi yang dinikmatinya di tengah kabut dan semilir
angin, bersama sepotong roti dan alunan musik biola adalah sebuah sumber
kepuasan jiwa baginya.
Perempuan yang mulai serius
menggeluti dunia literasi ini memiliki nama lengkap Julia Chandra Karya Wanti,
tetapi lebih dikenal dengan sebutan Achakawa. Nama panjangnya memiliki arti
yang unik, akan tetapi kebanyakan orang seringkali salah menuliskan namanya.
Artinya pun menjadi berbeda. Oleh karena itulah, dia lebih suka menggunakan
singkatan namanya sebagai nama pena.
Achakawa adalah seorang ibu tunggal
yang dianugerahi tiga orang anak. Dua putrinya telah menikah, sedangkan putra
bungsunya baru memasuki tahun pelajaran baru di bangku SMK. Meskipun telah
terbiasa mencicipi manis pahit kehidupan, kehadiran cucu perempuan membuat
perannya semakin bermakna. Setelah menjadi ibu, nenek, sekaligus mertua,
Achakawa tak pernah menutup kemungkinan untuk kembali menjadi seorang istri
suatu hari nanti.
Menulis untuk Berpetualang
Achakawa merupakan bungsu dari 4
bersaudara dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga. Kesenangan membaca
buku membuat Achakawa rela mengikuti sang kakak berkeliling dari satu sekolah
ke sekolah lain hanya untuk membaca di perpustakaan sekolah tersebut. Menurut
perempuan yang berprofesi sebagai fotografer sekaligus bakuler ini, kesenangannya menulis membuat dia leluasa menyampaikan
segala khayalan dan keinginan yang terperangkap dalam pikirannya. Selain itu,
dia pun dapat bebas berperan dalam cerita yang ditulisnya. Baik itu hal yang
bersifat logis bahkan yang tak masuk akal. Di samping itu dengan menyalurkan
bakat menulis, Achakawa berharap kegiatan literasi juga dapat menambah
penghasilan seperti dua pekerjaan sebelumnya.
Achakawa menulis untuk pertama
kalinya saat kelas 4 SD, akan tetapi dia baru berani mengirimkan naskahnya
setelah menginjak usia remaja. Salah satu pengalaman menulis yang berkesan
menurutnya adalah cerpen pertama yang langsung dimuat majalah Gadis saat SMA. Momen inilah yang
membuatnya terus menulis, ironisnya hal itu pulalah yang membuat Achakawa
sempat diacuhkan guru bahasa Indonesianya.
Ini disebabkan oleh lelucon temannya yang terus membandingkan karya guru
mereka yang tak satu pun lolos redaksi majalah remaja tersebut.
Hidup Memang Tidak Mudah, tapi Jangan Lupa Bahagia
Musashi dan Angsa-angsa Liar adalah
buku yang menginspirasinya dalam mengarungi perjalanan hidup yang tidak selalu
mudah. Bagi Achakawa, hidup tidak selentur slime
yang gampang dibentuk sesuka hati. Dia pun pantang menyerah dan tak pernah lupa
untuk bahagia. Pendidikan moral bagi Achakawa lebih banyak datang dari emaknya,
perempuan ndeso buta huruf yang
memiliki keikhlasan dan kesabaran seluas samudra. Sampai-sampai menurut
Achakawa, hingga saat ini dia belum mampu menyaingi sang emak.
Achakawa memutuskan untuk
mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah 20 tahun bekerja sebagai
personalia. Dia memilih berjualan kue buatannya setelah anak bungsunya lahir di
usianya yang hampir menginjak 40 tahun. Saat ini selain sebagai bakuler, Achakawa lebih banyak
menghabiskan waktunya mbrasak-mbrasak
untuk berburu objek foto yang menarik dan terus menulis. Pekerjaan Achakawa
yang tidak terikat oleh waktu membuat dia menulis kapan saja, selama tidak
dalam posisi harus bekerja. Baginya, menafkahi keluarga menjadi salah satu
alasannya agar terus berusaha.
Memanjakan Diri Berdamai dengan Alam
Achakawa menyukai tempat sejuk dan
sepi. Di sana, dia merasa damai, bisa memanjakan pikiran, serta membebaskan
ide-ide liarnya menjadi tulisan. Alunan biola yang mencapai nada-nada tinggi,
kopi, dan roti merupakan penyemangat hidupnya. Baginya duduk di pegunungan,
ditemani kabut dan semilir angin sambil menikmati kopi, roti, dan alunan musik
biola yang memanjakan telinga adalah kepuasan jiwa.
Menikmati alam dan mengabadikannya |
“Untuk tulis menulis, Kakak-Kakak
Perlima yang lain sudah hebat di atas saya. Jangan lupa membahagiakan diri
sendiri, itu saja,” pesannya. “Semoga Perlima semakin berjaya, dapat
mengepakkan sayap kesuksesan sehingga saya pun dapat bertumbuh semakin baik di
dalamnya,” tambahnya.
Achakawa dapat dijumpai di akun
Instagram @achakawa, tempat khususnya berbagi food photography. Selain itu, dia juga membagikan hasil kameranya
melalui akun @gia-achakawa karena kesenangannya berbagi hal-hal yang indah.
Sampai saat ini, Achakawa telah menerbitkan beberapa buku antologi, seperti Penginapan Sinar yang bergenre misteri, Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek, Sempatkan Bercerita dan Segala Bunyi Yang Dari Hati. [APW]
Uhuy keyennn
ReplyDelete